bapak...
aku sayang, sayang sekali padamu...
teramat sayang...
kau tahu bagaimana pedihnya diriku ketika jauh darimu...
aku menangis, pak..
menangis ketika mereka semua terlelap dalam damai...
aku menangis dalam diamku, bapak...
dan kau tau... itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan meraung...
pedih, melebihi irisan apapun...
bapak...
aku mencintaimu,
teramat sangat...
kau tahu betapa bangganya aku memiliki mu di hidupku?
aku bahagia mengenalkanmu pada teman-temanku
aku senang mereka tidak punya sosok sehebat dirimu...
aku... aku terlampau bersuka cita ada kau dalam hidupku...
tapi, bapak...
aku cuman titipan-Nya...
aku bukan hak milikmu sepenuhnya...
aku hanya titipan yang diberi gelar anak...
pernahkah kau menyadari itu, wahai bapakku?
bapak...
kini aku beranjak 19 tahun...
makin waktu beranjak, maka aku kan semakin jauh darimu...
pernahkah kau berpikir tentang itu, bapak?
Mereka bilang kita terlalu kompak, pak..
kita anak bapak yang kompak...
Benarkah?
Kurasa itu hanya pandangan mereka...
Ya... kita punya banyak kesamaan...
Terlampau banyak justru...
Hingga kau dan aku lupa...
kalau perbedaan masih butuh tempat di antara kita...
Kini ia menggerogotiku, menggerogotimu, bapak...
Kita berbeda...
Sangat amat berbeda, bapak...
bapak..
maukah kau sejenak berhenti dari rutinitasmu,
duduk manis, merenungi perbedaan ini...
aku hanya titipan, pak...
dan sudah sepantasnyalah sebuah titipan
tak kau paksakan untuk menjadi milikmu sepenuhnya...
bapak...
maukah kau sedikit saja memberi ruang di hatimu,
memberitahunya bahwa akan ada tamu besar yang datang,
tamu yang kita sebut perbedaan...
maukah kau dengan ikhlas menerimanya, pak?
bapak... kita memang tak pernah sama...
bapak...
maafkan, jika ku terlampau lancang...
ini bukanlah perihal siapa yang terlahir lebih dulu...
ini hanyalah tuntutan...
tuntutan untuk ikhlas menerima,
menerima apa itu perbedaan...
bapak...
maukah kau sedikit saja melunakkan hatimu,
agar perbedaan dapat bertengger dengan nyaman di sana...
bapak... kita memang tak pernah sama, tak akan pernah...
bapak...
maaf jikalau aku tak pernah menjadi realita dari anganmu...
maaf jikalau aku tak pernah menjadi obat dari lukamu...
maaf jikalau aku tak menjadi penghibur dari dukamu...
maaf jikalau aku tak menjadi sama sepertimu...
bapak... maafkan karena kita berbeda...
aku sayang, sayang sekali padamu...
teramat sayang...
kau tahu bagaimana pedihnya diriku ketika jauh darimu...
aku menangis, pak..
menangis ketika mereka semua terlelap dalam damai...
aku menangis dalam diamku, bapak...
dan kau tau... itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan meraung...
pedih, melebihi irisan apapun...
bapak...
aku mencintaimu,
teramat sangat...
kau tahu betapa bangganya aku memiliki mu di hidupku?
aku bahagia mengenalkanmu pada teman-temanku
aku senang mereka tidak punya sosok sehebat dirimu...
aku... aku terlampau bersuka cita ada kau dalam hidupku...
tapi, bapak...
aku cuman titipan-Nya...
aku bukan hak milikmu sepenuhnya...
aku hanya titipan yang diberi gelar anak...
pernahkah kau menyadari itu, wahai bapakku?
bapak...
kini aku beranjak 19 tahun...
makin waktu beranjak, maka aku kan semakin jauh darimu...
pernahkah kau berpikir tentang itu, bapak?
Mereka bilang kita terlalu kompak, pak..
kita anak bapak yang kompak...
Benarkah?
Kurasa itu hanya pandangan mereka...
Ya... kita punya banyak kesamaan...
Terlampau banyak justru...
Hingga kau dan aku lupa...
kalau perbedaan masih butuh tempat di antara kita...
Kini ia menggerogotiku, menggerogotimu, bapak...
Kita berbeda...
Sangat amat berbeda, bapak...
bapak..
maukah kau sejenak berhenti dari rutinitasmu,
duduk manis, merenungi perbedaan ini...
aku hanya titipan, pak...
dan sudah sepantasnyalah sebuah titipan
tak kau paksakan untuk menjadi milikmu sepenuhnya...
bapak...
maukah kau sedikit saja memberi ruang di hatimu,
memberitahunya bahwa akan ada tamu besar yang datang,
tamu yang kita sebut perbedaan...
maukah kau dengan ikhlas menerimanya, pak?
bapak... kita memang tak pernah sama...
bapak...
maafkan, jika ku terlampau lancang...
ini bukanlah perihal siapa yang terlahir lebih dulu...
ini hanyalah tuntutan...
tuntutan untuk ikhlas menerima,
menerima apa itu perbedaan...
bapak...
maukah kau sedikit saja melunakkan hatimu,
agar perbedaan dapat bertengger dengan nyaman di sana...
bapak... kita memang tak pernah sama, tak akan pernah...
bapak...
maaf jikalau aku tak pernah menjadi realita dari anganmu...
maaf jikalau aku tak pernah menjadi obat dari lukamu...
maaf jikalau aku tak menjadi penghibur dari dukamu...
maaf jikalau aku tak menjadi sama sepertimu...
bapak... maafkan karena kita berbeda...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar